Monday, January 27, 2014

Harga saham jatuh - don't worry, be happy

Berikut ini merupakan perubahan harga saham dalam kotak watchlist saya pagi hari tadi.


Seperti yang Anda lihat, semua harga saham yang saya awasi anjlok. Cukup banyak yang turun lebih dari 3%. Hal ini wajar karena disebabkan oleh IHSG yang sampai siang tadi turun sebesar 2.92%. Untuk sebagian orang yang mencoba untuk membeli suatu saham pada harga 1000 dan menjual di 1200 namun ternyata harga turun ke 950, tentu ini merupakan kabar buruk. Artinya, mereka kehilangan uang.

Sunday, January 26, 2014

Sekilas mengenai Event "Seminar Value Investing by Teguh Hidayat" di Surabaya

Hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 25 Januari 2014, salah satu investor, penulis, dan analis fundamental yang terkenal yaitu Pak Teguh Hidayat, penulis blog Analisa Saham Independen www.teguhhidayat.com, mengadakan seminar yang bertempat di Zodiac Hotel, Jalan Kedungsari 29, Surabaya. Bertemakan: Value Investing for Beginners, Pak Teguh Hidayat mampu membawakan topik menarik seputar dasar-dasar bagaimana cara berinvestasi value investing dengan baik dan benar.



Teguh Hidayat merupakan salah satu penulis dan pengajar dunia saham yang paling saya kagumi dan berpengaruh dalam pembelajaran saya selama ini mengenai Value Investing. Ketika tahun lalu memulai belajar berinvestasi, teman sekaligus mentor saya yang juga kini bersama-sama dalam tim penyusun blog ini, menganjurkan untuk membaca blog yang ditulis oleh Pak Teguh Hidayat ini. Saya terkesan dengan salah satu artikel Pak Teguh Hidayat dan langsung membaca hampir seluruh artikel (sekarang berjumlah lebih dari 300 artikel) mulai dari artikel yang pertama kali ada pada April 2010.

Friday, January 24, 2014

Internet Fiesta: belajar dari Financial Times (FT.com)

Internet Fiesta merupakan edisi yang membahas mengenai berinvestasi dengan bantuan internet. Kita akan melihat situs-situs yang berguna sebagai sumber informasi yang mendukung kita dalam berinvestasi.

Sejak usia 21 tahun, Warren Buffett sudah mulai melahap ribuan halaman berisikan informasi dan laporan keuangan perusahaan yang dijilid dalam satu buku bernama Moody's Manual. Bagi yang mungkin belum tahu apa itu Moody's Manual, coba Anda bayangkan buku daftar telpon dan alamat Yellow Pages. Saya yakin sebagian besar masih memilikinya di rumah Anda, minimal edisi beberapa tahun yang lalu. Yellow Pages merupakan buku yang berat, tebal, berisikan informasi dengan ukuran huruf yang mini, serta memiliki beberapa kolom dalam satu halaman. Yup, Moody's Manual mungkin bisa digambarkan sebagai "Yellow Pages"-nya data perusahaan. Berikut adalah screenshot Moody's Manual edisi yang cukup lama.


Di dalam salah satu lembar halaman dari manual ini, kita bisa mendapatkan sejarah historis dari perusahaan, penjelasan bisnis, tim manajemen, dan yang terpenting adalah neraca keuangan, dan laporan rugi laba. Konon, Buffett sudah menghabiskan banyak sekali edisi Moody's Manual sepanjang hidupnya.

Saturday, January 18, 2014

Value Investing 101: Memahami dan menganalisa laporan laba rugi

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Setelah mengerti bagaimana neraca keuangan dan bagaimana menganalisanya, kita akan melihat bagian lain dari laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi. Kali ini kita tidak perlu memanggil Pak Budi lagi, karena laporan laba rugi jauh lebih mudah dipahami dibandingkan dengan neraca keuangan. Intinya, kita akan melihat berapa total pendapatan kita (sales), dipotong berbagai macam biaya, dan hasil akhirnya adalah laba bersih (net income).

Laporan laba rugi PT Semen Indonesia Tbk di ambil dari halaman 3 laporan keuangan Triwulan III - 2013 . Satuan dalam ribu rupiah
Pada artikel kali ini, kita akan langsung mengambil contoh studi kasus laporan laba rugi PT Semen Indonesia Tbk. Sebelum kita bahas satu per satu, ada baiknya untuk men-download laporan keuangannya terlebih dahulu dari situs BEI.

Thursday, January 16, 2014

[VIDEO] BBC documentary film: Warren Buffett - The World's Greatest Money Maker

Di dalam Film dokumenter yang berdurasi 1 jam ini, kita dapat melihat dalam sudut pandang berbeda mengenai kehidupan sehari-hari Warren Buffett, bagaimana dia menghasilkan uang, bagaimana cara dia berinvestasi, bagaimana asal mulanya dia bisa menemukan cara berinvestasinya, dan pandangan dia mengenai kekayaan. Film ini juga mengantar kita menuju kantornya dan juga rapat umum pemegang saham Berkshire Hathaway. Tidak lupa juga, ada banyak sekali sisi-sisi unik dan eksentrik dari Warren Buffett yang diungkapkan disini.

Film yang berjudul Warren Buffett - The World's Greatest Money Maker ini sangatlah layak untuk Anda tonton, meskipun Anda bukan investor saham sekalipun.

Selamat menonton!


Wednesday, January 15, 2014

Value Investing 101: Menginterpretasikan dan menganalisa neraca keuangan

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Sebelumnya, kita telah sama-sama belajar untuk memahami neraca keuangan secara cepat. Oke, saya sudah tahu mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas. Lantas apa yang bisa saya dapatkan dari itu? Kan sebatas angka-angka saja. Paling-paling hindari perusahaan yang kewajibannya besar atau modalnya minus.

Oh, tunggu dulu. Banyak petunjuk-petunjuk yang bisa kita dapatkan dari neraca keuangan. Dalam buku yang berjudul, "Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements" dijelaskan bagaimana caranya Buffett mengolah angka-angka di dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya neraca keuangan. Dengan membaca beberapa lembar dari neraca keuangan, Buffett mampu mengetahui secara detil apakah perusahaan tersebut layak untuk diinvestasikan atau tidak. Sekali lagi, kita mau sama-sama belajar (kembali) dari Warren Buffett.

Value Investing 101: Memahami neraca keuangan dalam waktu kurang dari 15 menit

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Pada edisi kali ini, kita akan belajar bersama-sama mengenai apa itu neraca keuangan. Pada edisi value investing 101 sebelumnya, kita belajar untuk menilai mahal atau tidaknya investasi kita dengan indikator PER.

Nah, tugas kita sebagai value investor adalah membaca laporan keuangan dari suatu perusahaan. 

Dalam 1 tahun, minimal kita wajib membaca 4 kali laporan keuangan (triwulan I, triwulan II, triwulan III, laporan tahunan). Apabila kita memiliki 5 saham, at least, kita harus menyempatkan diri untuk membaca 20 laporan keuangan dalam 1 tahun.

Jangan dibayangkan bahwa membaca laporan keuangan akan senikmat membaca novel The Hunger Games ataupun manga Bleach. Yang ada laporan keuangan hanyalah berisi kata-kata, angka-angka, dan tabel-tabel. Oh ya, sulit juga untuk menemukan warna lain di laporan keuangan selain hitam dan putih.

Namun, itulah harga yang harus dibayar value investor.

Tuesday, January 14, 2014

Berinvestasi jangka panjang lebih mudah dari yang Anda bayangkan

Hari ini Indeks Harga Saham Gabungan ditutup dengan kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar +3.19%. Hal ini juga berdampak pada portofolio partnership saya yang ditutup dengan kenaikan sebesar +4.31%. Beberapa saham yang saya investikan di dalam partnership bahkan naik dengan angka yang fantastis hari ini. Sebut saja Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), saham terbesar dalam portofolio kami, yang hari ini naik sebesar +15.38%. Contoh lainnya adalah Bank BRI (BBRI) yang hari ini naik sebesar +10.19%.

Hal ini layaknya seperti angin segar bagi para investor yang memutuskan untuk membeli pada saat harga-harga saham ini "diobral" besar-besaran pada beberapa minggu terakhir ini. Lantas sebagian juga resah karena beberapa saham yang telah berminggu-minggu dianalisa, sudah dicek kualitas manajemennya, sudah dihitung bahwa harga perusahaan ini cukup murah, namun ternyata hari ini naik dibawah 1% atau bahkan tidak naik sama sekali.

Lalu pertanyaan-pertanyaan dibawah ini muncul di dalam benak kita.

Kapan sih enaknya saya jual saham ini. Saham A sudah naik sampai puluhan persen nih dalam 2 hari ini. Bagaimana kalau besok turun lagi yah? Jual apa tidak ya?

Duh saham ini kok tidak gerak-gerak ya. Fundamental bagus, manajemen bagus, harga murah, tapi kok begitu-begitu saja performanya. Bagaimana kalau besok tidak naik lagi yah? Jual apa tidak ya?

Dan tampaknya memang ada baiknya kita belajar (kembali) pada Warren Buffett, investor jangka panjang terbaik di dunia. Perkenalkan, salah satu investasi terbaik yang Buffett lakukan:

The Washington Post

Sunday, January 12, 2014

Bagaimana jika Chairul Tanjung jadi membeli Astra International pada tahun 1999

Buku Chairul Tanjung, Si Anak Singkong

"Bu Rini, saya punya uang nih. Kalau saya belikan saham Astra, saya bisa-bisa menjadi pemilik mayoritas Ibu bagaimana?" tanya saya ke Bu Rini Suwandi.
"Jangan deh Pak Chairul. Saya sendiri terus terang kurang yakin apakah Astra masih bisa selamat melewati krisis ini atau bahkan hancur bersama dengan yang lain," jawab Bu Rini dengan nada pesimistis. 
Percakapan di atas merupakan percakapan antara Pak Chairul Tanjung (CT), pemilik CT Corp, dan Bu Rini Suwandi, mantan Direktur Utama PT Astra International yang berlangsung pada tahun 1999. Menurut buku biografi yang berjudul Chairul Tanjung, Si Anak Singkong, dikatakan bahwa beliau memiliki uang sebesar Rp 240 Milyar hasil dari laba bersih Bank Mega yang dimilikinya. Pada waktu itu harga saham hanya sebesar Rp. 175 rupiah (harga setelah stocksplit Rp 17.5 per lembar saham).

Friday, January 10, 2014

The investment book that (seriously) change my life

Liburan semester adalah sesuatu yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa seperti saya. Setidaknya saya dapat menenangkan pikiran saya dari dunia riset dan membaca jurnal. Ketika saya pulang ke rumah pada liburan tengah semester tahun lalu, saya menemukan suatu buku yang menarik berjudul,

My Maid Invests In the Stock Market

Thursday, January 9, 2014

Value Investing 101: Mengenal indikator Price-Earning Ratio (PER)

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Q: Apa itu Price-Earning Ratio?
A: Price-Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator penting untuk melihat nilai dari suatu saham perusahaan, meskipun bukan satu-satunya indikator. Sesuai dengan namanya, PER berarti harga saham dibagi laba bersih per saham. 

Contoh: Perusahaan A memiliki 1 juta lembar saham dengan harga saham per lembar sebesar 10000 rupiah. Perusahaan A memiliki laba bersih tahunan sebesar 1 Milyar rupiah. Sehingga laba bersih per saham (dikenal juga dengan istilah Earning per Share atau EPS) adalah sebesar 1000 rupiah per lembar (hasil pembagian 1 Milyar rupiah dengan 1 juta lembar).

PER perusahaan tersebut adalah = 10000 / 1000 = 10 kali.

Q: Apa tujuan PER tersebut?
A: Dengan PER kita dapat mengetahui apakah harga saham suatu perusahan tersebut mahal atau murah. Semakin rendah PER suatu saham, maka semakin murah. PER juga dapat diasumsikan sebagai lama tahun pengembalian investasi. Bila Perusahaan A selalu membagikan seluruh laba bersih berupa dividen ke pemegang saham dan laba bersih tahunannya stabil 1 Milyar selama 10 tahun, maka dalam 10 tahun modal Anda akan kembali. 

The Joys of Compounding: Belajar dari kisah Christopher Columbus

Edisi The Joys of Compounding merupakan tulisan-tulisan yang mengilustrasikan kekuatan dari bunga majemuk (compounding). Pada artikel sebelumnya, disebutkan bahwa apabila 100 juta rupiah diinvestasikan selama 50 tahun dengan compound rate sebesar 22% (rata-rata pengembalian tahunan investasi Warren Buffett) akan menjadi 7 Trilyun. Pada edisi-edisi yang nantinya akan diterbitkan setiap bulan pada tanggal 9 ini, kita akan belajar bersama-sama mengenai kekuatan dari bunga majemuk dari kisah-kisah nyata yang diambil dari annual report tulisan Warren Buffett.

Ketika kecil mungkin guru sejarah kita mengajarkan bahwa benua Amerika ditemukan oleh salah seorang pelayar ulung yang lahir dari Genoa bernama Christopher Columbus. Namun siapa sangka kisah pelayarannya ini bertahun-tahun kemudian akan memberikan kita pelajaran berharga mengenai bunga majemuk.

Perjalanan Columbus mencari dunia baru.

Wednesday, January 8, 2014

Mengapa seharusnya investasi jangka panjang Anda tidak disimpan di Bank

dnacapitalgroup.blogspot.com


Saya teringat pada pelajaran "Manajemen Keuangan dan Akuntansi Proyek" yang saya ambil pada perkuliahan master beberapa tahun yang lalu. Dosen saya mengatakan bahwa investasi jangka panjang yang terburuk adalah deposito.

Saat itu saya masih belum mengenal pasar modal dan instrumen investasi lainnya. Tentu saja, gagasan yang dilontarkan dosen saya sangatlah bertentangan dengan apa yang selama ini saya bayangkan. Saya memiliki pandangan sama seperti kebanyakan orang berpikir, alangkah lebih mudah untuk menyimpan uang investasi di Bank. Sederhana dan aman.

Menurut penulis buku investasi "My Maid Invest in the Stock Market" Bo Sanchez, kesalahan terbesar orang pada umumnya adalah menaruh simpanan jangka panjang mereka di bank. Tapi tunggu dulu. Saya masih tetap memiliki rekening di bank dan tidak akan menutupnya meskipun sudah menulis artikel ini. Hanya ada 2 jenis uang yang boleh disimpan di bank: uang usaha dan uang darurat.

Ketika Warren Buffett bangun di pagi hari

Berdasarkan data terakhir, perusahaan investasi milik investor saham ternama dunia, Warren Buffett, yaitu Berkshire Hathaway menghasilkan profit tahunan sebesar $12 Milyar. Berkshire Hathaway sendiri merupakan kendaraan investasi yang dulunya merupakan perusahaan tekstil yang hampir bangkrut. Buffett membeli Berkshire Hathaway pada tahun 1960an di harga yang super murah $7-$18. Perlahan demi perlahan Buffett memutarkan uang cash dan laba dari perusahaan tekstil ini untuk membeli perusahaan-perusahaan lainnya seperti Gillette, Coca-Cola, American Express, Wells Fargo, Heinz ketchup, dan perusahaan-perusahaan asuransi. Sekarang, harga Berkshire Hathaway sudah lebih dari $170.000, dengan total return investasi lebih dari satu juta persen!

Lebih lanjut lagi, ketika Warren Buffett bangun di pagi hari, suka atau tidak ini kenyataan yang akan Buffett temui: