Saturday, February 8, 2014

Value Investing 101: Belajar menghitung dan memprediksi rata-rata pertumbuhan (Growth Rate)

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.


Hal yang membedakan berinvestasi pada deposito atau obligasi dengan berinvestasi pada perusahaan adalah GROWTH. Untuk memahami lebih lanjut, marilah kita lihat studi kasus berikut ini.
  1. Katakanlah kita menanam deposito sebesar 100 juta rupiah di Bank BRI dengan suku bunga yang ditawarkan anggaplah kita berhayal sebesar 12% pada akhir tahun 2010 selama 3 tahun sampai 2013. Maka pada akhir tahun 2011, 2012, dan 2013, kita akan menerima bunga sebesar masing-masing 12 juta per tahun.

    Bunga tahun ke-1 = 12 juta rupiah
    Bunga tahun ke-2 = 12 juta rupiah
    Bunga tahun ke-3 = 12 juta rupiah

    Kita dapat  melihat disini bahwa tidak ada pertumbuhan dari bunga deposito kita dimana tetap 12 juta setiap tahunnya.
  2. Contoh kedua adalah apabila kita berinvestasi 100 juta rupiah pada saham Bank BRI (BBRI) itu sendiri. Pada akhir tahun 2010, harga saham BBRI adalah 5250. Sehingga dengan uang 100 juta rupiah kita akan mendapatkan  19047 lembar saham BBRI. Apabila kita berpikir layaknya pemilik perusahaan, tentu saja kita menyadari bahwa sebenarnya kita memiliki sepersekian persen dari BBRI. Sehingga, sepersekian persen dari laba bersih tahunan BBRI menjadi milik kita, dikenal sebagai Earning Per Share (EPS).

    EPS tahun 2011 = Rp. 628 x 19047 = 12.0 juta rupiah (1.1 juta rupiah dividen)
    EPS tahun 2012 = Rp. 778 x 19047 = 14.8 juta rupiah (2.0 juta rupiah dividen)
    EPS tahun 2013 = Rp. 865 x 19047 = 16.5 juta rupiah (3.7 juta rupiah dividen)
Apabila kita berinvestasi di deposito, bunga yang kita terima hanya akan stagnan sebesar 12 juta rupiah per tahun selama tiga tahun alias tidak ada pertumbuhan. Di lain sisi, EPS milik kita selalu bertumbuh dari 12 juta - 14.8 juta - 16 juta rupiah.

Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?

Tentu saja EPS 12 juta ditahun pertama, 14.8 juta ditahun kedua, dan 16 juta ditahun ketiga tidak dibagikan tunai semua ke kita. Sebagian akan dibayarkan dalam bentuk dividen. Sisa laba bersih tersebut akan diputar oleh Bank BRI untuk pemberian kredit baru, ekspansi, membuka cabang baru, investasi, dan lain-lain. Pertumbuhan / growth inilah yang menyebabkan investasi pada perusahaan akan jauh lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada deposito. Tentunya, selama kita tidak memilih berinvestasi pada perusahaan yang salah.

Nah, tiap-tiap perusahaan tentu saja tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Perusahaan-perusahaan besar dan sudah cukup mature tentunya akan tidak dapat mencetak pertumbuhan yang spektakuler dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil yang sedang berekspansi. Namun perusahaan yang mature ini memiliki kestabilan pertumbuhan dan resiko yang kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan yang berkembang.

Apa gunanya kita menghitung rata-rata pertumbuhan?

Rata-rata pertumbuhan / growth rate akan berfungsi dalam memperediksi laba bersih perusahaan di masa depan yang nantinya akan berguna dalam menentukan nilai wajar suatu perusahaan. Kita akan mencoba menghitung rata-rata pertumbuhan dari perusahaan. Akan ada 3 rata-rata pertumbuhan yang kita hitung:
  1. EPS Growth rate - Laba bersih per saham
  2. Sales Growth rate - Penjualan
  3. BVPS Growth rate - Nilai ekuitas per saham
Kita akan kembali mengambil contoh Semen Indonesia Tbk. Data yang kita gunakan adalah data historis dari 5 tahun ke belakang. Apabila dimungkinan, akan lebih bagus kalau kita bisa melihat data sampai 10 tahun ke belakang. Berikut terlampir rata-rata pertumbuhan beserta akurasinya ditinjau dari 3 tahun dan 5 tahun.

*Sales dalam milyar

Bagaimana caranya menghitung Growth Rate?



Growth Rate atau lebih tepatnya disebut Compounded Annual Growth Rate (CAGR) melambangkan persentase pertumbuhan tahunan rata-rata selama durasi waktu yang ditinjau. Rumusnya sangat sederhana sekali.

(EPS tahun akhir / EPS tahun awal)^(1 / lama durasi) - 1.

EPS dapat diganti dengan sales maupun BVPS. Lama durasi didapat dari mengurangkan tahun akhir dan tahun awal. Disini terlihat bahwa CAGR Sales Semen Indonesia Tbk adalah 13.69% atau dibulatkan menjadi 14%. Dengan CAGR 13.69% tiap tahunnya sales 12209 akan bertumbuh selama 5 tahun menjadi 23187.

Bagaimana caranya menghitung Growth Accuracy?

Kelemahan dari CAGR adalah kita tidak bisa mengukur seberapa konsisten pertumbuhan dari laba tersebut. Apabila Anda gantikan sales di 2009, 2010, 2011, 2012 dengan angka 0, Anda tetap mendapatkan CAGR 13.69%. Untuk itu diperlukan sebuah model untuk menghitung akurasi (konsistensi, prediktabilitas, atau apapun istilahnya) dari CAGR itu sendiri.

Didalam ilmu statistik sederhana yang saya pelajari di kuliah, kita dapat mengukur akurasi dari suatu model regresi dengan banyak cara. Bisa menggunakan Root Mean Square Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE), atau bisa juga menggunakan R-Square. Kita akan memakai R-Square (=RSQ) karena ada fungsi jadi di Microsoft Excel. Kita dapat melihat bahwa akurasi dari pertumbuhan sangatlah tinggi. Ini menandakan bahwa perusahaan ini sangat mudah diprediksi labanya.


Catatan: Bagi yang menginginkan referensi lain, dapat membaca artikel bagus dari pak Parahita: Pentingnya Growth Predictability.

Kesimpulannya?

Oke, kita sekarang kita memiliki Growth rate untuk 3 dan 5 tahun.

Growth Rate 3 dan 5 tahun:
- Sales 17% dan 14%
- EPS 13% dan 16%
- BVPS 17% dan 19%

Kita dapat melihat disini bahwa nyaris tidak ada perbedaan antara 3 dan 5 tahun. Dari sini kita akan pilih 1 angka untuk mewakili pertumbuhan dari Semen Indonesia Tbk. Karena valuasi adalah seni, pilihan tiap-tiap orang berbeda-beda. Anda bisa hanya memperhatikan EPS saja, bisa juga merata-rata semuanya, bisa mengambil angka yang paling rendah. Jangan lupa tidak ada rumusan yang baku di sini, sebab investasi bukan hanya science belaka melainkan juga ada unsur art. Untuk kasus ini, saya memilih angka 15% mewakili Growth Rate.

Dari sini kita dapat memproyeksikan laba perusahaan sampai beberapa tahun ke depan.

EPS proyeksi tahun N = EPS tahun sekarang * (1+GR%) ^ (tahun N - tahun sekarang)


Pada akhirnya Growth Rate ini akan sangat membantu sekali dalam menghitung nilai wajar saham.


1 comment:

  1. maap..
    menurut saia penjelasnnya kurang di jelaskann secara rinci.

    ReplyDelete