Saturday, January 18, 2014

Value Investing 101: Memahami dan menganalisa laporan laba rugi

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Setelah mengerti bagaimana neraca keuangan dan bagaimana menganalisanya, kita akan melihat bagian lain dari laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi. Kali ini kita tidak perlu memanggil Pak Budi lagi, karena laporan laba rugi jauh lebih mudah dipahami dibandingkan dengan neraca keuangan. Intinya, kita akan melihat berapa total pendapatan kita (sales), dipotong berbagai macam biaya, dan hasil akhirnya adalah laba bersih (net income).

Laporan laba rugi PT Semen Indonesia Tbk di ambil dari halaman 3 laporan keuangan Triwulan III - 2013 . Satuan dalam ribu rupiah
Pada artikel kali ini, kita akan langsung mengambil contoh studi kasus laporan laba rugi PT Semen Indonesia Tbk. Sebelum kita bahas satu per satu, ada baiknya untuk men-download laporan keuangannya terlebih dahulu dari situs BEI.

1. Pendapatan dan Beban Pokok Pendapatan / Harga Pokok Penjualan
Dalam menganalisa beban pokok pendapatan (BPP), kita harus membandingkannya terhadap pendapatan dalam bentuk persentase. Perlu dilihat apakah persentase BPP terhadap penjualan ini meningkat dari kuartal ke kuartal. Apabila BPP meningkat lebih cepat daripada penjualan, ini merupakan hal serius yang harus kita selidiki lebih lanjut.

Diambil dari ft.com. Satuan dalam juta rupiah.
Apabila kita membuat persentase antara BPP (didalam ft.com, ditulis sebagai cost of revenue total) dan pendapatan, maka hasil yang dapat adalah sebagai berikut:
- 2008: 56.1%
- 2009: 52.9%
- 2010: 52.5%
- 2011: 54.3%
- 2012: 52.6%
- 2013 (Q3) :54.9%

Kesimpulan, persentase BPP per pendapatan PT Semen Indonesia cenderung konsisten dan stabil.

Sedangkan untuk pendapatan (sales), kita harus memastikan bahwa pendapatan dari suatu perusahaan masih dalam tren yang meningkat. Kita dapat melihat bahwa tren pendapatan dari PT. Semen Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya sejak tahun 2008 hingga sekarang.

2. Gross profit margin
Gross profit margin (GPM) adalah hasil bagi antara laba bruto (gross profit) dan pendapatan. Rasio ini memiliki hakikat yang sama dengan BPP / penjualan, karena BPP ditambah dengan laba bruto sendiri adalah sama dengan penjualan. Biasanya, GPM lebih lazim dipakai dalam menganalisa kinerja suatu perusahaan dibandingkan BPP. GPM dapat menggambarkan keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan. Karena berbanding terbalik terhadap persentase BPP/penjualan, maka semakin tinggi GPM semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan GPM, berarti perusahaan tersebut melakukan hal-hal berikut.
1. Memotong biaya produksi atau
2. Menaikan harga
Keduanya merupakan tanda yang bagus dan GPM yang trennya menanjak selalu merupakan suatu hal yang positif yang akan berdampak pada peningkatkan laba di masa yang akan datang.

Menurut Buffett, perusahaan yang memiliki durable competitive advantage, adalah perusahaan yang konsisten mencetak marjin yang tinggi.
  • Durable competitive advantages dapat menciptakan marjin yang tinggi karena memiliki kebebasan untuk mengutak-atik harga sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan.
  • GPM lebih dari 40% = durable competitive advantage.
  • GPM kurang dari 40% = kompetisi menggerus margin.
  • GPM kurang dari 20% = tidak ada keunggulan kompetitif.
  • Kuncinya adalah konsisten dalam mencetak GPM yang tinggi.
PT Semen Indonesia Tbk mencetak GPM antara 45% - 48% sejak tahun 2008 sampai sekarang. Hal ini menandakan bahwa kinerja perusahaan ini tergolong fantastis dan memiliki keunggulan kompetitif karena GPM yang lumayan tinggi dan konsisten.

3. Beban operasi
Beban operasi sebagian besar terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi. Pertama, kita harus menjadikan beban operasi sebagai persentase terhadap laba bruto dengan cara membagi beban operasi dengan laba bruto. Menurut Buffett:
  • Apabila persentase kurang dari 30% berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja yang efisien dan fantastis.
  • Apabila persentase tersebut mendekati 100% menandakan bahwa perusahaan tersebut berada dalam industri yang sangat kompetitif.
Beban operasi triwulan III 2013 dari PT. Semen Indonesia adalah Rp. 2.735 Trilyun sedangkan laba brutonya adalah Rp 7.84 Trilyun. Persentase beban operasi berbanding laba bruto adalah 34.9%. Angka tersebut masih tergolong cukup rendah (mendekati 30%) sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa kinerja dari perusahaan ini masih tergolong efisien.

4. Beban bunga (interest expense)
Perusahaan dengan beban bunga yang tinggi berbanding dengan laba usaha dapat berarti:
  1. Berada pada industri yang kompetitif di mana dibutuhkan belanja modal (capital expenditure) yang besar untuk tetap bertahan kompetitif, atau
  2. Perusahaan yang memiliki prospek yang cerah di mana memperoleh utang dari akuisisi perusahaan lain yang pendanaannya diperoleh dari bank, atau bisa juga karena ekspansi usaha.
  • Perusahaan yang memiliki durable competitive advantages biasanya hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki beban bunga.
  • Perusahaan favorit Buffett adalah perusahaan yang memiliki total persentase beban bunga dibanding laba usaha yang kurang dari 15%.
  • Tiap-tiap industri memiliki beban bunga yang berbeda-beda.
Catatan penting: Di industri manapun, perusahaan dengan rasio bunga berbanding laba usaha terendah biasanya merupakan salah satu perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif.

Oke, di mana saya bisa menemukan beban bunga di laporan laba rugi PT. Semen Indonesia Tbk. Tidak ada tulisan beban bunga sama sekali di sini.

Pada laporan laba rugi PT. Semen Indonesia, beban bunga ditulis dengan bahasa lain yaitu biaya keuangan. Tidak percaya? Mari kita buka halaman 139 pada laporan keuangan tersebut. Nah kita dapat lihat bahwa angka yang tertera pada segmen beban bunga sama persis dengan biaya keuangan yang tertera pada laporan laba rugi di bagian depan (Rp. 232 Milyar).

Beban bunga dari PT Semen Indonesia Tbk adalah sebesar Rp. 232 Milyar. Apabila kita bagikan dengan laba operasi yang bernilai Rp. 5.1 Trilyun, maka rasionya adalah 4.5%, jauh di bawah 15%.

Excellent!

Bagi yang jeli membaca laporan laba rugi, terjadi kenaikan yang signifikan terhadap beban bunga dari tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012, beban bunga hanyalah Rp. 18 Milyar, berarti ada kenaikan lebih dari 10 kali lipat di tahun 2013! Meskipun rasionya masih cukup rendah, tidak ada salahnya bagi kita untuk meneliti. Bagaimana caranya kita bisa melihat perinciannya. Perhatikan gambar berikut.


Nah, kita menemukan catatan kecil pada bagian biaya keuangan yang bertuliskan 38b. Tugas kita selanjutnya adalah menemukan Bab 38 yang terletak pada halaman 121. Kita melihat bahwa ternyata ada lonjakan kredit investasi, dari yang semula hanya Rp. 6.85 Milyar naik menjadi Rp. 217.8 Milyar! Usut punya usut ternyata PT Semen Indonesia Tbk melakukan ekspansi besar-besar di Vietnam, seperti yang diberitakan pada salah satu media massa online.


Hal ini dapat menjelaskan terjadinya lonjakan beban keuangan pada PT. Semen Indonesia Tbk. Untungnya, rasio beban keuangan berbanding laba usaha masih kecil. Namun, tiada salahnya untuk kita perhatikan di kemudian harinya.

5. Laba bersih
- Earning per Share
Sama seperti pendapatan, kita harus memastikan bahwa laba bersih dari suatu perusahaan akan terus meningkat. Untuk melihat tren peningkatan dari laba bersih, sebaiknya kita menggunakan laba bersih per lembar saham (earning per share) daripada menggunakan laba bersih sendiri.

Mengapa demikian? Bukannya sama saja ya?

Seringkali ada beberapa perusahaan yang menerbitkan saham baru dan menjualnya ke publik (di dalam dunia saham dikenal dengan sebutan right issue) untuk menggalang dana baru. Praktik ini sangat sering di lakukan perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, seperti bank-bank kecil dan perusahaan pembiayaan. Apa dampaknya bagi pemegang saham? Apabila pada awalnya kita memiliki 10 ribu lembar saham dari total 1 juta lembar saham perusahaan A, maka kita memiliki persentase kepemilikan sebesar 1% (hasil bagi 10 ribu dan 1 juta). Apabila perusahaan A itu menjual saham baru sebanyak 1 juta lembar lagi, jumlah saham yang beredar akan menjadi 2 juta lembar. Maka persentase kepemilikan kita akan berkurang menjadi 0.5% (hasil bagi atara 10 ribu dan total 2 juta). Hal ini membuat kepemilikan saham kita menjadi ter-dilusi.

Apa hubungannya dengan laba bersih?

Mari perhatikan tabel berikut.

Laba bersih (dalam ribuan rupiah)lembar saham (dalam ribuan lembar)EPS (laba bersih per saham)
20091,000,00010,000100.00
20101,200,00010,000120.00
20111,400,00015,00093.33
20121,600,00015,000106.67
20131,800,00020,00090.00

Kalau hanya melihat laba bersih saja, nampaknya perusahaan ini cukup bagus. Tiap tahun tercatat ada pertumbuhan laba bersih. Namun, apabila kita tidak cukup jeli, kita tidak akan melihat bahwa setiap 2 tahun sekali, perusahaan tersebut melakukan penjualan saham baru. Apabila mengambil acuan EPS, pada tahun 2009, EPS senilai 100. Namun pada tahun 2013, EPS bukannya menjadi 180, namun terdilusi menjadi 90 akibat penambahan saham pada tahun 2011 dan 2013.

Oke, kembali ke PT. Semen Indonesia. EPS dari perusahaan ini ternyata cukup bagus dan dalam tren meningkat seperti yang terlihat pada keterangan berikut ini.

Diambil dari ft.com diedit oleh penulis.
- Net Profit Margin (NPM)
Yang tidak kalah penting lagi dari informasi laba bersih adalah Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan pendapatan. Buffett cenderung menghindari perusahaan yang NPM sangat rendah yaitu kurang dari 5%. Menurut dia, perusahaan yang net marginnya hanya 1 atau 2 persen, akan mendadak bisa menjadi rugi apabila terjadi hal-hal yang tidak diduga seperti kenaikan upah buruh, BBM, kenaikan tarif listrik dan harga bahan baku, maupun perubahan kurs mata uang bagi yang memiliki utang dalam mata uang asing. 

Perusahaan yang memiliki marjin rendah ini menunjukkan bahwa dia berada dalam industri yang sangat kompetitif, sehingga tidak dapat leluasa meningkatkan harga jual produk mereka. Perusahaan-perusahaan seperti ini sering kita jumpai di industri-industri manufaktur.

PT. Semen Indonesia memiliki NPM yang cukup bagus yaitu sebesar 22.3% (Rp 3.89 Trilyun dibagi Rp 17.39 Trilyun).

- Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan hasil bagi antara laba bersih dan ekuitas. Nah, ekuitas tidak dapat kita temukan di sini. Kita harus membuka kembali neraca keuangan. Apabila kita memiliki usaha, katakanlah, restauran cepat saji. Kita memiliki modal awal sebesar Rp. 100 juta. Tiap tahun laba bersih kita adalah Rp. 25 juta. Berarti dalam 4 tahun, kita akan balik modal. Yup, perusahaan tersebut memiliki ROE yang tinggi yaitu 25%. Buffett mencari perusahaan yang memiliki ROE di atas 15%. Lebih tinggi lebih baik.

Laba bersih PT. Semen Indonesia triwulan III adalah Rp. 3.89 Trilyun. Apabila laba ini kita setahunkan (dikalikan 4/3), maka laba bersih annualized-nya bernilai Rp 5.19 Trilyun. Ekuitas menurut neraca keuangan triwulan III adalah Rp 19.81 Trilyun. Maka, ROE nya adalah 26.20%! Sangat tinggi sekali.

Kesimpulan
Dari penjelasan panjang lebar di atas, tentunya harus ada suatu paragraf untuk menyimpulkan keseluruhan isi dari artikel ini. Dengan melihat laporan keuangan dari suatu perusahaan, investor dapat:
  1. Mengetahui tren pendapatan. Pilihlah perusahaan yang memiliki tren pendapatan yang naik.
  2. Mengetahui Gross Profit Margin (GPM). Pilihlah perusahaan yang memiliki GPM yang tinggi ( > 40%).
  3. Mengetahui beban operasi. Pilihlah perusahaan yang rasio beban operasi / laba bruto yang rendah ( < 30%).
  4. Mengetahui beban bunga. Pilihlah perusahaan yang memiliki rasio beban bunga / laba usaha yang rendah ( < 15%).
  5. Mengetahui laba bersih. Pilihlah perusahaan yang EPS nya dalam tren peningkatan, NPM yang cukup ( > 5%), ROE yang tinggi ( > 15%).

Setelah kita analisa, PT. Semen Indonesia Tbk sukses memenuhi kelima persyaratan ini. Menunjukkan bahwa PT. Semen Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang berkualitas tinggi.


4 comments:

  1. mas doddy saya mau tanya apakah sumber ft.com ini memang valid dan tepat sumber data laporan keuangannya selama 5 tahun berturut-turut, udah pernah anda cek belum? salam Dokterbobo...thanks a lot

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear dokter bobo, saya mungkin tidak mengecek setiap detil angka, tapi saya pernah cek EPS dari beberapa saham yang tertera di ft.com. Ada beberapa sub item lap keu yang digabung menjadi satu item (kalau tidak salah ingat). Namun, ada baiknya untuk crosscheck pada sumber langsung di idx. Saya menggunakan ft.com utk melihat secara sekilas karena cukup praktis, tinggal ketik kode emiten bisa langsung keluar tidak perlu dwl lap keu. Penelitian lebih lanjut pasti akan dilanjutkan ke laporan tahunan / keuangan.

      FT.com cukup punya reputasi, sekelas dengan bloomberg.

      Semoga bisa menjawab. Regards

      Delete
  2. Nama saya Cynthia Johnson. hipotek, pinjaman rumah, kredit mobil, pinjaman Hotel, tawaran komersial Umum Mr John Carlson, salah satu harus memperbarui semua situasi keuangan di dunia / perusahaan untuk membantu mereka yang terdaftar pinjaman uang pinjaman pribadi, pinjaman, kredit konstruksi, kredit bunga rendah tingkat modal dll 2%, pinjaman usaha dan buruk pinjaman kredit usaha, start up. Kami membiayai proyek di tangan dan perusahaan Anda / mitra dan saya juga ingin menawarkan pinjaman pribadi untuk klien mereka. hubungi kami melalui e-mail untuk informasi lebih lanjut: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com

    ReplyDelete
  3. kartangpintar | KAPATAR | Online Casino | Adesanya
    Kartangpintar is a 메리트 카지노 고객센터 new online casino located in Kapat Harigal, Karnataka. It has an 온카지노 innovative online casino and entertainment product deccasino that will keep you in a

    ReplyDelete