Wednesday, January 15, 2014

Value Investing 101: Memahami neraca keuangan dalam waktu kurang dari 15 menit

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Pada edisi kali ini, kita akan belajar bersama-sama mengenai apa itu neraca keuangan. Pada edisi value investing 101 sebelumnya, kita belajar untuk menilai mahal atau tidaknya investasi kita dengan indikator PER.

Nah, tugas kita sebagai value investor adalah membaca laporan keuangan dari suatu perusahaan. 

Dalam 1 tahun, minimal kita wajib membaca 4 kali laporan keuangan (triwulan I, triwulan II, triwulan III, laporan tahunan). Apabila kita memiliki 5 saham, at least, kita harus menyempatkan diri untuk membaca 20 laporan keuangan dalam 1 tahun.

Jangan dibayangkan bahwa membaca laporan keuangan akan senikmat membaca novel The Hunger Games ataupun manga Bleach. Yang ada laporan keuangan hanyalah berisi kata-kata, angka-angka, dan tabel-tabel. Oh ya, sulit juga untuk menemukan warna lain di laporan keuangan selain hitam dan putih.

Namun, itulah harga yang harus dibayar value investor.

Nah, laporan keuangan, atau dikenal juga dengan istilah financial statement, terdiri dari tiga bagian penting yaitu:
1. Neraca keuangan (Balance Sheet)
2. Laporan rugi-laba (Income Statement)
3. Laporan arus kas (Cash-flow statement)

Kali ini kita akan membahas terlebih dahulu mengenai neraca keuangan. Untuk lebih mudah memahami neraca keuangan, saya akan mencoba memulainya dengan ilustrasi pabrik tahu.



Pak Budi adalah salah satu pemilik pabrik tahu dengan merk dagangan "Tahu Super". Tahun lalu Pak Budi resmi mengubah perusahaannya menjadi perseroan terbatas yang diberi nama PT Tahu Super Indonesia (TSI). Pak Budi bingung menyusun neraca keuangannya. Yuk, kita bantu Pak Budi. Berikut informasi-informasi yang Pak Budi berikan kepada kita:
  1. Saat ini, PT. TSI memiliki aset beberapa pabrik, mobil, tanah beserta peralatan kerja yang senilai Rp. 17.565 Milyar
  2. Pabrik ini dibangunnya tahun lalu dengan pinjaman jangka panjang dari Bank ABC di mana sisa utang bank PT. TSI adalah Rp. 288 Juta harus dibayar pada tahun ini dan sisa utang jangka panjang Rp. 3.239 Milyar.
  3. PT. TSI memiliki simpanan uang kas di bank sebesar Rp. 2.279 Milyar.
  4. PT. TSI memiliki utang usaha terhadap supplier kedelai dan supplier bahan baku lainnya sebesar Rp. 1.303 Milyar.
  5. Saat ini di gudang, PT. TSI memiliki persediaan simpanan tahu yang siap dijual senilai Rp. 2.770 Milyar.
  6. PT. TSI masih memiliki tagihan yang belum dibayar (piutang usaha) oleh beberapa distributor tahu dan penjual tahu retail sebanyak Rp. 2.355 Milyar.


Oke, sebenarnya dari 6 data ini pun kita bisa membantu Pak Budi membuat neraca keuangan sederhana.


Perhatikan tabel di bawah ini.


ASET LANCARKEWAJIBAN LANCAR
Uang Kas2,279,000,000(poin 3)Utang usaha1,303,000,000(poin 4)
Piutang Usaha2,355,000,000(poin 6)Pinjaman bank yang jatuh tempo < 1 tahun288,000,000(poin 2)
Persediaan2,770,000,000(poin 5)
Total7,404,000,000Total1,591,000,000
ASET TIDAK LANCARKEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Aset tetap17,565,000,000(poin 1)Pinjaman bank jangka panjang3,239,000,000(poin 2)
Total 17,565,000,000Total3,239,000,000
TOTAL ASET24,969,000,000TOTAL KEWAJIBAN4,830,000,000
TOTAL EKUITAS (MODAL)20,139,000,000




Berikut keterangan singkat terhadap tabel diatas:
  1. Dalam neraca keuangan terdapat tiga elemen penting yaitu: aset, kewajiban, dan modal. 
  2. Aset adalah seluruh harta yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk mendukung operasional perusahaan. Aset terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar adalah jenis aset yang paling cepat untuk dicairkan, biasanya berupa kas, piutang, dan persediaan. Aset tidak lancar adalah jenis aset yang memerlukan waktu lama untuk dicairkan, contohnya adalah aset-aset tetap seperti tanah, bangunan, pabrik, dan kendaraan.
  3. Kewajiban adalah seluruh kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak-pihak terkait. Sama seperti aset, terdiri dari kewajiban lancar dan tidak lancar yang ditentukan dari jangka waktu kapan kewajiban tersebut harus dibayar.
  4. Ekuitas / modal merupakan aset bersih perusahaan hasil pengurangan aset dengan kewajiban. Pada umumnya ekuitas suatu selalu positif, yang artinya aset selalu lebih besar daripada kewajiban. Namun, jangan kaget apabila melihat beberapa perusahaan yang ekuitasnya negatif. Hal ini bisa disebabkan karena utang yang terlampau besar berakibat pada bunga utang yang menggerus perusahaan. Atau bisa juga dari laba tahunan yang minus terus menerus. Contoh perusahaan terkenal yang ekuitasnya negatif per tahun ini adalah BUMI Resources.

Nah, tidak sulit kan untuk memahami neraca keuangan. Kalau Anda bisa memahami neraca keuangan pabrik tahu, tentunya pasti Anda bisa memahami neraca keuangan pabrik semen. 

Perhatikan neraca keuangan PT. Semen Indonesia triwulan III 2013 ini (Anda bisa men-downloadnya di sini). Aset dapat ditemukan pada halaman 1. Liabilitas dan ekuitas dapat dilihat pada halaman 2.


Bagi yang teliti melihat beberapa tanda panah merah pada neraca keuangan di atas, maka Anda akan menemukan bahwa sebenarnya nilai-nilai dari pabrik tahu Pak Budi saya adopsi dari nilai-nilai riil PT. Semen Indonesia dengan skala 1 : 1000.

Saya harapkan, melalui artikel ini, Anda selangkah lagi lebih mengerti mengenai neraca keuangan.

Sebagai penutup, saya akan menutup salah satu kutipan perkataan Warren Buffett terhadap kebiasaan membaca laporan keuangannya yang ekstrim dibandingkan dengan orang pada umumnya.

While other men read Playboy, I read annual reports.

1 comment:

  1. "While other men read Playboy, I read annual reports"
    LOL..

    nice article

    ReplyDelete