Thursday, January 9, 2014

Value Investing 101: Mengenal indikator Price-Earning Ratio (PER)

Edisi Value Investing 101 merupakan artikel singkat yang menceritakan dasar-dasar berinvestasi dengan prinsip-prinsip value investing. Diharapkan dengan membaca Value Investing 101, Anda mendapatkan pengetahuan dasar mengenai cara berinventasi yang baik dan benar.

Q: Apa itu Price-Earning Ratio?
A: Price-Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator penting untuk melihat nilai dari suatu saham perusahaan, meskipun bukan satu-satunya indikator. Sesuai dengan namanya, PER berarti harga saham dibagi laba bersih per saham. 

Contoh: Perusahaan A memiliki 1 juta lembar saham dengan harga saham per lembar sebesar 10000 rupiah. Perusahaan A memiliki laba bersih tahunan sebesar 1 Milyar rupiah. Sehingga laba bersih per saham (dikenal juga dengan istilah Earning per Share atau EPS) adalah sebesar 1000 rupiah per lembar (hasil pembagian 1 Milyar rupiah dengan 1 juta lembar).

PER perusahaan tersebut adalah = 10000 / 1000 = 10 kali.

Q: Apa tujuan PER tersebut?
A: Dengan PER kita dapat mengetahui apakah harga saham suatu perusahan tersebut mahal atau murah. Semakin rendah PER suatu saham, maka semakin murah. PER juga dapat diasumsikan sebagai lama tahun pengembalian investasi. Bila Perusahaan A selalu membagikan seluruh laba bersih berupa dividen ke pemegang saham dan laba bersih tahunannya stabil 1 Milyar selama 10 tahun, maka dalam 10 tahun modal Anda akan kembali. 


Q: Bagaimana caranya tahu bahwa PER dengan nilai tertentu itu murah atau tidak?
A: Ada 2 cara untuk mengukur murah atau mahalnya PER.
Cara pertama adalah membandingkannya dengan investasi bebas resiko (risk free rate). Umumnya, saya suka membandingkannya dengan suku bunga BI (BI rate). Anda juga bisa membandingkannya dengan bunga obligasi negara. Awal tahun ini, BI Rate ditetapkan 7.5%. Dengan membagi 100% dan 7.5%, kita dapatkan suatu angka yaitu 13.33.
Apabila PER suatu perusahaan dibawah PER BI rate, maka PER dapat dikatakan relatif murah begitu pula sebaliknya.

Cara kedua adalah membandingkannya dengan sesama sektor. Terkadang antar PER antar sektor berbeda. Sangat sulit untuk menemukan PER sektor consumer good dibawah 10. Namun di sektor multifinance, rata-rata semua PER nya dibawah 10. Sekarang kita ambil contoh, PER dari perusahaan properti Pakuwon Jati Tbk (PWON) adalah 11. Sementara PER dari perusahaan properti lain Lippo Karawaci Tbk (LPKR) adalah 17. Berarti PER dari PWON relatif lebih murah dari pada LPKR.

Q: Bagaimana caranya kita mendapatkan informasi tentang PER suatu perusahaan.
A: Ada banyak sekali cara.
1. Lihat langsung dari Laporan Keuangan yang bisa didownload dari situs BEI maupun situs resmi perusahaan.
Situs www.idx.com untuk mendownload laporan keuangan
Setelah didownload, langsung dibuka laporan keuangannya baik tahunan maupun triwulan. Sebagai contoh kita lihat EPS perusahaan Surya Semesta Internusa (SSIA) per akhir 2012.


menghitung-PER
Melihat laba bersih per saham SSIA pada laporan keuangan akhir 2012.
Harga akhir SSIA per akhir tahun 2012 adalah 1050. Sehingga PER SSIA diakhir tahun 2012 adalah 1050 / 150 = 7.

2. Cara kedua adalah langsung lihat dari situs. Ketik di google: SSIA:IJ (bloomblerg), SSIA.JK (reuters), SSIA:JKT (financial times). Berikut contoh screenshot dari financial times.


situs-ft.com
Melihat PER SSIA di financial times
Catatan: 
Ada 2 cara menghitung PER.
Yang pertama adalah PER ttm (trailing twelve months). Ttm menghitung harga saham dibagi dengan laba 12 bulan terakhir. Cara kedua adalah PER annualized yaitu laba dari suatu triwulan. Katakanlah, kita mau menghitung EPS triwulan pertama. EPS dari laporan keuangan triwulan pertama harus kita kalikan 4 alias disetahunkan. Triwulan kedua dikalikan 2 dan Triwulan 3 dikalikan 4/3.


Sebagai penutup, value investor yang bijak harusnya memilih perusahaan yang baik pada harga yang murah. PER merupakan salah satu indikator yang menandakan apakah saham murah atau tidak. Semakin rendah semakin baik. Namun, ada beberapa hal yang penting terkait dengan berinvestasi pada perusahaan yang PER-nya rendah. 

  1. Berhati-hatilah untuk memilih perusahaan-perusahaan yang labanya suka melonjak mendadak. Seringkali perusahaan tersebut mendapat laba melonjak dalam satu tahun karena perusahaan tersebut menjual aset mereka. Artinya belum tentu tahun depan laba bersih tetap sebegitu besar, mengakibatkan terjadinya kenaikan PER yang drastis ditahun berikutnya.
  2. Berhati-hatilah memilih perusahaan komoditas seperti batubara maupun CPO. Bisa jadi harga komoditas setelah laporan keuangan diterbitkan menjadi anjlok dan fund manager berlomba-lomba menjualnya mengakibatkan harga turun dan PER mengecil. Orang yang awam mungkin mengira bahwa PER perusahaan ini cukup murah dan ternyata tiba-tiba PER membesar di kuartal atau tahun berikutnya karena penjualan dan laba bersih ikut anjlok akibat turunnya harga komoditas.
  3. Hal yang sama berlaku untuk perusahaan yang memiliki penghasilan atau hutang dalam mata uang asing.
  4. Bisa jadi perusahaan yang memiliki PER rendah ini memang prospek ke depannya cukup jelek dan tidak ada pertumbuhan, sehingga selamanya tetap dihargai murah.
Bagi yang ingin bertanya, bisa post comment dibawah artikel ini.

No comments:

Post a Comment