Sunday, January 12, 2014

Bagaimana jika Chairul Tanjung jadi membeli Astra International pada tahun 1999

Buku Chairul Tanjung, Si Anak Singkong

"Bu Rini, saya punya uang nih. Kalau saya belikan saham Astra, saya bisa-bisa menjadi pemilik mayoritas Ibu bagaimana?" tanya saya ke Bu Rini Suwandi.
"Jangan deh Pak Chairul. Saya sendiri terus terang kurang yakin apakah Astra masih bisa selamat melewati krisis ini atau bahkan hancur bersama dengan yang lain," jawab Bu Rini dengan nada pesimistis. 
Percakapan di atas merupakan percakapan antara Pak Chairul Tanjung (CT), pemilik CT Corp, dan Bu Rini Suwandi, mantan Direktur Utama PT Astra International yang berlangsung pada tahun 1999. Menurut buku biografi yang berjudul Chairul Tanjung, Si Anak Singkong, dikatakan bahwa beliau memiliki uang sebesar Rp 240 Milyar hasil dari laba bersih Bank Mega yang dimilikinya. Pada waktu itu harga saham hanya sebesar Rp. 175 rupiah (harga setelah stocksplit Rp 17.5 per lembar saham).

Bisa dibayangkan sekarang harga saham Astra International per 10 Januari 2014 adalah Rp. 6750. Berarti harga saham Astra International sudah meningkat sebesar 385 kali dari total pembelian selama 14 tahun. Hal ini berarti sama dengan pengembalian tahunan sebesar 53%. Lebih lanjut lagi, uang beliau yang sebesar Rp. 240 Milyar akan menjadi Rp. 92.4 Trilyun.

Namun, kita tahu bahwa pada akhirnya Pak CT melewatkan kesempatan ini. Kita tidak bisa menyalahkan keputusan Pak CT karena bahkan dirut Astra pada saat itupun pesimis dengan masa depan Astra sendiri. Toh, pada akhirnya Pak CT sukses melipatgandakan kekayaannya pada investasinya yang lain dan terkenal sebagai salah seorang pengusaha sukses dan disegani di Indonesia.

Lalu, apa yang kita bisa kita pelajari dari sini? 

Bo Sanchez pengarang buku "My Maid Invests in the Stock Market" mengatakan bahwa "Invest even where there is a crisis". Yang artinya apabila ada krisis, baik perang US dengan Syria lah, atau mungkin demo besar-besaran mahasiswa lah, maupun dollar naik, janganlah takut untuk berinvestasi.

Tapi, tunggu dulu! Kenalkah Anda dengan perusahaan investment banking terkenal asal US bernama Lehman Brothers?


Hingga akhir 2008, Lehman Brothers merupakan salah satu perusahaan investment banking terbesar nomer 4 di US setelah Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Merryl Lynch. Perusahaan ini bahkan berdiri hampir 200 tahun yang lalu, sejak tahun 1850. Terbukti sudah melewati berbagai macam krisis mulai dari Panic of 1907, the Great Depression of 1929, perang dunia pertama dan kedua, Financial Crisis of 1994, dan krisis-krisis mini lainnya. Serasa tidak mungkin perusahaan ini untuk bangkrut di 2008. Too big to fail! Namun kenyataannya perusahaan raksasa yang memiliki kinerja historis yang bagus ini tetap bangkrut.

Waduh, kalau gitu bagaimana nih? Even, perusahaan besar saja bisa bangkrut. Berarti kalau krisis lebih baik hindari pasar modal dong?

Nah, inilah tugas kita sebagai value investor untuk cerdas dalam memilih perusahaan untuk diinvestasikan. Krisis bukanlah sesuatu yang harus dicemaskan melainkan dianggap sebagai peluang untuk membeli perusahaan yang kinerja fundamentalnya bagus dengan harga yang murah. Ibaratnya, seperti di departement store, membeli barang bermerk dan berkualitas yang diobral dengan diskon yang besar.

Mari kita ambil contoh perusahaan berikut ini.

PT. Semen Indonesia Tbk (Dulunya bernama PT. Semen Gresik Tbk)

Yup, Anda pasti sudah kenal. Brand Semen Gresik (SMGR) selalu menghiasi seluruh toko-toko bangunan hampir di kota-kota besar di Indonesia. Mari kita cermati pergerakan harga saham semen Gresik di tahun 2008.

Pergerakan harga saham SMGR di tahun 2008 dikutip dari finance.yahoo.com

Investor yang menanamkan modal 1 Milyar rupiah diawal tahun 2008 pada harga Rp. 5500 hanya akan menyaksikan investasinya menyusut menjadi sebesar 336 juta rupiah pada tanggal 8 Oktober 2008. Dan apabila investor yang malang tersebut ikut-ikutan panik menjual saham kita pada hari tersebut, ia hanyalah membuat uangnya menguap sebesar 764 juta rupiah dalam waktu kurang dari 1 tahun! Investor ini berpikir bahwa lebih baik kehilangan uang sebagian daripada resiko kehilangan seluruh hartanya, toh perusahaan sebesar Lehman Brother saja bisa bangkrut.

Tentunya, apabila investor ini bersabar dan menunggu laporan tahunan 2008 (atau triwulan III - 2008), maka ia akan melihat fakta-fakta dibawah ini:
neraca keuangan SMGR di akhir tahun 2008 (semua angka di atas di dalam satuan ribu rupiah)
SMGR memiliki dana dari kas saja sebesar Rp. 3.7 Trilyun, sedangkan total kewajiban yang harus dilunasi termasuk hutang bank, hutang usaha dan hutang jangka panjang hanya sebesar Rp. 2.4 Trilyun, sangat jauh dibawah angka Rp. 3.7 Trilyun. Bahkan tanpa harus lulus sekolah ekonomi pun, kita semua pasti sepakat bahwa mustahil SMGR akan bangkrut! Sehingga investor yang membaca laporan tersebut akan tenang dan hanya akan melihat nilai investasinya naik 3 kali lipat menjadi Rp 14900 per 10 Januari 2014 ini.

Nah, saya mengajak Anda semua untuk berinvestasi secara cerdas.

Jadikanlah bursa saham yang jatuh ini sebagai kesempatan bagi Anda untuk berinvestasi.

Saya mengerjakan PR saya sebagai seorang investor, Andapun juga harus mengerjakan PR Anda.

Jangan hanya ikut-ikutan.

Temukanlah perusahaan berfundamental bagus yang masih dihargai murah.

Happy investing!

Bagi yang tertarik untuk mengikuti artikel-artikel kami, dapat men-subscribe melalui fasilitas Follow by Email yang tersedia pada blog ini.

No comments:

Post a Comment